Terletak di kaki gunung manglayang, desa Cipadung, Cibiru Bandung, Provinsi Jawa Barat, di hamparan lahan sekira 18,7 hektar area, Kampus Krida Nusantara berdiri. Mulai dari kantor Yayasan Krida Nusantara, TK Terpadu Krida Nusantara, SD Terpadu Krida Nusantara dan SMAT Krida Nusantara.
Berawal dari sebuah gagasan yang disampaikan dalam reuni mantan murid SR (sekolah rakyat) Cidadap, Setiabudhi, Bandung. Yang bisa saja disebut mimpi, ingin memiliki sekolah berasrama. Namun berkat izin Allah SWT. Yayasan Krida Nusantara sendiri secara resmi dan legal berdiri pada tahun 1989. Dengan perjalanan panjang sedari tahun 1979 para penggagas Yayasan Krida Nusantara seperti : Drs, mustopa, H. Karnaen Sukarnaprawira, Prof. Engkoswara, Drs. Cece Wijaya, E. Subagya dan tentunya Ibu Tuti Sutiawati Try Sutrisno. Mencita-citakan dan mengkonsep sebuah lembaga pendidikan berasrama, dengan disiplin sebagai landasan.
Maka pembangunan gedung sekolah, asrama putra dan putri, fasilitas olahraga, fasilitas kesehatan dan infrastruktur pendidikan, dan penghijauan di areal kampus Krida Nusantara dimulai pada tahun 1994 dengan peletakan batu pertama oleh Pembina Yayasan krida Nusantara Ibu Tuti Sutiawati Try Sutrisno. Dengan target pada tahun ajaran baru 1996, SMAT Krida Nusantara sudah dapat menerima peserta didik.
Pada tanggal 10 November 1996, SMA Terpadu Krida Nusanta diresmikan oleh Wakil Presiden RI ke-6 H. Try Sutrisno beserta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu Dr. Wardiman Djojonegoro. Ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh H. Try Sutrisno. Dalam acara peresmian ini juga hadir Menko Kesejahteraan Rakyat Azwar Anas, dan Gubernur Jawa Barat Nuryana, dan Kakanwil Depdikbud Jawa Barat. Tanggal tersebut sengaja dipilih karena merupakan hari Pahlawan, dengan harapan para siswa yang menempuh pendidikan di SMA Terpadu Krida Nusantara memiliki jiwa dan semangat yang sama seperti pahlawan bangsa.
SMA Terpadu Krida Nusantara berdiri berdasarkan izin yang dikeluarkan Kantor Wilayah (Kanwil) Departmen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat N.1366/102/kep./OT/96 tertanggal 29 Pebruari 1996. Pada saat SMA Terpadu Krida Nusantara berdiri konsep dasarnya adalahpada sejumlah landasan yuridis formal yakni Pancasila, UUD 1945, GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) dan Undang-undang RI No2 tahun 1989. Namun seiring denga perkembangan pemerintahan kini SMA Terpadu Krida Nusantara berlandaskan pada undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.
Pada tahun 2007, SMA Terpadu Krida Nusantara ditetapkan sebagai sekolah yang masuk dalam program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI) berdasarkan SK. Direrktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas, DirektoratManajemen Pendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional No. 546a/C-4/MN/2007. Pada waktu itu SMA Terpadu Krida Nusantara menempati urutan ke 18 dari 99 sekolah di seluruh Indonesia yang memenuhi criteria berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang RSBI dan SBI (sekolah Berataraf Internasional) dengan telah memiliki delapan standar nasional pendidikan yang memadai.
Hingga saat ini SMA Terpadu Krida Nusantara memasuki usia 20 tahun, telah dipimpin oleh 5 kepala sekolah. Bermula dari kepala sekolah yang pertama adalah Drs. Iyo Tisna Sunarya (1996-1998) hingga yang menjabat kepala sekolah sekarang adalah Drs. Encang Iskandar MPd. Setelah melalui perjalanan panjang, perbaikan demi perbaikan terus dilakukan. Hingga sekarang ini SMA Terpadu Krida Nusantara menerapkan “Manajemen 1767”. Yang dimaksud dengan “Manajemen 1767” adalah : akomodasi dari 1 visi, 7 misi, 6 kebijakan mutu, serta 7 kompetensi yang ingin dicapai oleh SMA Terpadu Krida Nusantara dalam mencetak putra-putri terbaik Indonesia.
Dengan fasilitas pendidikan yang lengkap, tenaga pendidik yang kompeten, misi dan visi yang baik, manajemen pendidikan yang layak, dan disiplin sebagai landasan maka SMA Terpadu Krida Nusantara, menjadi sekolah berasrama terkemuka di Indonesia. Yang siap mencetak kader putra-putri bangsa yang memiliki integritas dan dedikasi yang tinggi untuk kemajuan bangsa dan Negara di kemudian hari.